KEZALIMAN BALA BENCANA

Pray for Indonesia, adalah Ucapan belasungkawa yang dikirim oleh semua warga Indonesia melalui banyak media atas rangkaian bencana yang menimpa Tanah Air Indonesia akhir-akhir ini. Banjir bandang yang menerjang distrik Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat 6 Oktober silam meluluhlantakkan semua inftrastruktur, termasuk gedung-gedung milik Pemerintah. sebanyak 64 orang tewas, 68 luka, dan 4.500 mengungsi. Dahsyatnya letusan gunung dan abu vulkanik merapi juga telah meluluhlantakkan desa Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. yang menyebabkan puluhan warga sekitar meninggal dunia. Air mata Minangkabau pun juga belum biasa berhenti berlinang setelah Selasa, 26 Oktober 2010 kemarin gempa berkekuatan lebih dari 7,2 Skala Richter yang disertai tsunami di Kepulauan Mentawai menewaskan lebih dari 449 orang, hilang 96 orang, luka berat 270 orang, luka ringan 142 orang dan pengungsi 14.983 jiwa
Dari berbagai rangkaian musibah, ujian dan bala bencana yang menimpa Indonesia, khususnya tanah Minangkabau, adalah karena perbuatan maksiat dan dosa manusia kepada Sang Pencipta. Dalam Quran Surat Al Qhashash ayat ke-59 Allah mengatakan bahwa, “dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di Ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman”.
Kalimat terakhirlah yang menjadi indikasi dari semua bencana yang yang ada. Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Kerusakan lingkungan hidup terjadi karena adanya tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung sifat fisik dan/atau hayati sehingga lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan yang membuat kerusakan lingkungan hidup di darat, air maupun di udara.
Menurut Direktur Eksekutif Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Berry Nahdian Furqan, banjir di Wasior disebabkan karena kerusakan lingkungan., bencana itu karena faktor alam yang rentan akibat eksploitasi oleh manusia dengan intensitas sangat tinggi. Akibatnya, ketika curah hujan tinggi, banjir bandang tak bisa dihindari (Metrotvnews.com, 9/10/10).
Merujuk pada kompilasi data dari berbagai sumber yang dilakukan Institut Hijau Indonesia dan Yayasan Yappika di awal tahun 2010, Papua Barat rentan mengalami bencana ekologis. Hal itu karena luas hutan primer Papua Barat 5.154.068 hektar dan hutan sekunder seluas 1.465.655 hektar mengalami ancaman alih fungsi yang sangat besar. Tahun 2005-2009 analisis citra satelit menunjukkan telah terjadi deforestasi (penyusutan areal hutan) seluas 1.017.841,66 hektar atau berkisar 254.460,41 hektar pertahun; menyumbang 25% dari penyusutan luas hutan nasional. Semua itu merupakan kezaliman yang nyata diperbuat manusia.
Satu lagi kezaliman manusia yang juga membuat murka Allah untuk mendatangkan bencana yaitu karena kemaksiatan yang merajalela. Mantan Ketua DPRD Padang, Maigus Nasir sepuluh tahun silam pernah berpendapat bahwa kota Padang dapat menjadi ladang kemaksiatan. Beliau mengatakan bahwa pemicu terjadinya hal yang demikian, ternyata ada bibit yang dipupuk. Disamping itu, tempat pembinaannya juga ada yaitu dengan menjamur dan berkembangnya tempat hiburan-hiburan malam. Dengan dalih kepentingan wisata Pemda Kota Padang, pemupukan dan pembinaan prostitusi tersebut menjamur hingga sekarang.
Nilai-nilai moral yang dulunya diagungkan-agungkan masyarakat kian tergerus seiring makin terbukanya katup globalisai membuat budaya masyarakat Minangkabau tergantikan dengan budaya barat yang modern. Banyaknya kaula muda yang mempertontonkan kebejatan moral dimuka umum karena terpicu oleh tempat umum yang menyediakan fasilitas penyaluran hasrat.
Pengakuan salah satu mahasiswa Kota Padang mengatakan bahwa memang banyak fasilitas yang terjangkau oleh kantong mahasiswa yang berkeinginan untuk menyalurkan hasrat dan nafsu kebinatangannya, seperti fasilitas warnet yang tertutup, kafe yang menggunakan payung-payung rendah bahkan menyediakan kamar esek-esek murah dan kawasan pantai Air Manis serta Pulau Pisang yang biasa disebut surga bagi para pemadu cinta.
Langkah awal agar pelaku kezaliman yang merusak alam dan pelaksana kemaksiatan bersegera untuk meninggalkan semua perbuatannya yaitu dengan peringatan dan pelajaran akan kengerian dan sakitnya menghadapi kematian. “Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke tenggorokan, dan dikatakan (kepadanya): ‘Siapakah yang dapat menyembuhkan?’, dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Rabbmu lah pada hari itu kamu dihalau.” (Al-Qiyamah: 26-30).
Langkah di atas tidak akan berjalan dengan baik dan menjadi mata rantai sebuah solusi tanpa ada pemerintahan yang peduli,bersih dan serius dalam menjalankan roda pemerintahan yang semestinya.

0 komentar:

Posting Komentar