PENTINGNYA PESANTREN RAMADHAN


Dalam berbagai ajang lomba atau olimpiade tingkat internasional, pelajar dan mahasiswa Indonesia bisa membuktikan diri sebagai yang terbaik. Tiga pelajar Indonesia kembali menoreh prestasi membanggakan dengan meraih medali emas dan perak dalam Olimpiade Penelitian Proyek–Euroasia ke-4 (The fourth Olympic Games of the International Project on Environmental Protection INEPO Eurasia), yang berlangsung di Baku, Azerbaijan pada tanggal 7-11 April 2010. Para pelajar Indonesia itu menyisihkan peserta lain dari 36 negara. Hal senada juga ditorehkan oleh sejumlah mahasiswa Indonesia, tiga di antaranya berasal dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP-UB) Kota Malang, Jawa Timur, yang berhasil meraih prestasi internasional di bidang pangan dalam kompetisi teknologi pangan internasional yang digelar di Chicago, AS dalam acara 10 tahun Institute of Food Technologists (IFS) "Annual Meeting and Food Expo" berlangsung pada tanggal 17-20 Juli 2010 silam.
Direktur Pembinaan TK/SD Kemendiknas, Mudjito AK, pernah menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang disegani di bidang matematika, tidak hanya di Asia tapi juga di tingkat dunia. Di beberapa kompetisi di tingkat dunia, Indonesia memang kerap menjadi juaranya yang dapat membuktikan bahwa Kemampuan pelajar dan mahasiswa Indonesia dalam menguasai ilmu-ilmu eksakta seperti matematika, fisika, kimia, dan biologi, tidak kalah dengan pelajar atau mahasiswa yang berasal dari negara-negara maju.
Dari segudang prestasi tingkat internasional yang sangat membanggakan, negara kita indonesia ibarat bunga mawar yang batangnya juga ditumbuhi duri-duri yang menyakitkan. Baunya yang harum tapi beresiko buat penikmat bau tertusuk akan duri tajamnya. Meningkatnya prestasi bangsa di tingkat internasional juga di ikuti dengan penurunan moralitas yang kronis.
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2009, BNN berhasil meringkus sebanyak 35.299 tersangka kasus. Adapun dari 35.299 tersangka, 13.051 menjadi tersangka narkotika, 11.601 psikotropika, dan 10.647 bahan adiktif lainnya. Sementara pada tahun 2008 terdapat 13.412 tersangka narkotika, 13.104 psikotropika, dan 18.178 bahan adiktif lainnya. Sementara untuk kasus narkotika yang berhasil diungkap tahun 2009 mencapai 28.382 kasus, dengan rincian 9.661 kasus untuk narkotika, 8.698 kasus psikotropika, dan 10.023 lainnya untuk bahan adiktif lainnya.
Dari angka 35.299 tersangka yang berhasil diringkus, sebanyak 2.877 di antaranya adalah wanita warga negara Indonesia, dan 17 warga negara asing. Sedangkan dari 35.299 tersangka yang diringkus, sebanyak 32.343 di antaranya warga negara Indonesia, dan 62 sisanya adalah warga negara asing. Dari jumlah yang sama, 102 di antaranya adalah anak di bawah umur. Sedangkan kategori umur yang menyumbang tersangka terbanyak adalah umur diatas 30 tahun, yang menyumbang sebanyak 19.566 orang.
Selain itu, perkelahian antar pelajar bukanlah fenomena baru di beberapa kota besar di Indonesia, khususnya Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Peristiwa tersebut sudah berlangsung cukup lama dan secara sporadis terjadi di beberapa wilayah seolah tiada hentinya. Berdasarkan data Pusat Pengendalian Gangguan Sosial DKI Jakarta, pelajar SD, SMP, dan SMA, yang terlibat tawuran mencapai 0,08 persen atau sekitar 1.318 siswa dari total 1.647.835 siswa di DKI Jakarta. Bahkan, 26 siswa diantaranya meninggal dunia. Menurut data Polda Metro Jaya setiap bulan minimal terjadi 25 kali.
Melihat kemerosatan moralitas yang melanda di bumi pertiwi, lantas kita pun bertanya-tanya apa yang salah dengan masyarakat kita? Mengapa persoalan moralitas sangat sulit ditegakkan di negeri ini. Siapakah yang harus bertanggungjawab dan dipersalahkan dengan terjangkitnya virus kemerosotan moralitas yang melanda masyarakat Indonesia?
Rasa bangga dengan prestasi akademik saja, tidaklah cukup apabila anak tumbuh jadi pribadi yang kurang bisa bergaul, sombong, atau egois dalam kehidupannya. Salah satu guru SD Tanah Air Padang mengatakan bahwa hakekat belajar adalah untuk mendidik pribadi yang baik. Tidak semua orang akan menjadi seorang presiden, tidak semua orang akan menjadi bupati dan juga tidak ada orang yang berkeinginan menjadi seorang tukang sapu. Jadilah pribadi yang baik. Walaupun tukang sapu, tapi tukang sapu yang berkepribadian yang baik.
Saat ini cukup populer dengan konsep tiga kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual.
Intellgence Quotient (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang. Hal ini berkaitan dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berpikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan permasalahan dan menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ kita tinggi, kita memiliki modal yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian dengan gemilang, dan meraih nilai yang tinggi dalam uji IQ.
Emosional Quotient (EQ) mempunyai dua arah dan dua dimensi, arah ke dalam (personal) berarti sebuah kesadaran diri (self awareness), penerimaan diri (self acceptance), dan hormat diri (self respect), dan penguasaan diri (self mastery) dan arah keluar (interpersonal) berarti kemampuan memahami orang (to understand others), menerima orang (to accept others), mempercayai orang (to trust others), dan mempengaruhi orang (to influence others).
Spiritual Quotient (SQ) intinya adalah transendensi, yaitu proses penyeberangan, pelampauan, penembusan makna yang lazim, khususnya dari wilayah material ke wilayah spiritual, dan dari bentuk yang kasar ke bentuk yang sublime. Dalam hal ini hidup bukan semata-mata untuk memperoleh materi semata akan tetapi harus betul-betul dihayati sebagai serangkaian amal bagi sesama manusia dan beribadah kepada Tuhan. Sehingga tidak cukup jika kita hanya mengandalkan kecerdasan intelegensi dan emosional saja. Mempertebal iman dan taqwa kita akan membangun budi dan akhlak mulia sehingga segala sesuatu yang kita lakukan semata-mata mohon perkenan dan ridho Tuhan, sehingga apa yang kita kerjakan akan terasa bermakna, nikmat, dan kita lakukan penuh dengan suka cita, tanpa keterpaksaan belaka.
Di lingkungan pendidikan, keseluruhan aspek kecerdasan (IQ, EQ dan SQ) perlu mendapat bobot perhatian yang seimbang. Hal ini penting mengingat IQ saja tidak menjamin keberhasilan hidup seseorang, demikian juga kalau hanya sekedar SQ dan EQ tidak akan mampu mendukung keberhasilan hidup seseorang secara utuh, material dan spritual. Salah satu penerapan dari keseluruhan aspek kecerdasan ini sangat efektif kalau dilakukan dalam kegiatan keagamaan.
Melalui momentum bulan suci Ramadhan, diharapkan ketiga aspek kecerdasan dapat diterapkan dalam konteks etika ketuhanan (performa ideal tuhan). Hal ini sangat diperlukan dalam membangun kesadaran moralitas bangsa. Inilah kewajiban yang secara imperatif, melekat pada diri kita yakni membangun standar moral dalam kehidupan sosial dewasa ini.
Hikmah otonomi daerah termasuk otonomi pendidikan, mengesankan guru-guru selalu mendapat kontrol ketat oleh Pemko untuk melaksanakan tugasnya, Baik yang rutin di sekolah maupun yang insidentil. Peran pemerintah untuk turut andil dalam mewujudkan kehidupan dengan standar moral dalam konteks etika ketuhanan tercermin oleh para pelajar di kota Padang Sumatera Barat, yang memindahkan kegiatan sekolah mereka ke setiap masjid/mushalla bagi siswa beragama muslim dan rumah ibadah lainnya bagi siswa nonmuslim.
Jamris Yunus, SE. yang merupakan Kepala UPTD di salah satu Kecamatan yang ada di kota Padang pernah mengatakan bahwa Pesantren Ramadhan merupakan salah satu program dari Pemerintah Kota Padang dalam menyemarakan bulan suci Ramadhan. Untuk itu, kepada semua Kepala Sekolah dan para majelis guru yang mengabdi wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pendidikan di kecamatannya di wajibkan untuk mengikuti pesantren Ramadhan guna mendampingi para anak didiknya dalam mengikuti pesantren.
Oleh karenanya, tidak ada alasan untuk tidak datang dan tidak mengikutinya dengan berbagai dalih, jika ada yang tidak datang dan mengikutinya Kepala Sekolah dan para majelis guru itu akan diberi sanksi yang tegas serta dilaporkan kepada atasan yang lebih tinggi dalam hal ini Dinas Pedidikan Kota Padang.
Pemko Padang menerapkan rencana program pembelajaran (RPP) sebagai petunjuk untuk memberi fokus pembahasan pada Pesantren Ramadhan. Layaknya kurikulum belajar di sekolah formal, RPP tersebut diarahkan sebagai pendalaman materi, khususnya Asma'ul Husna dari 1-33. Sekretaris Daerah kota Padang, melalui Asisten Ekbang Kesra, Nur Amin, menyebutkan peningkatan mutu pesantren Ramadhan, harus mengikuti ketentuan khusus sesuai dengan rencana program pembelajaran (RPP) yang telah ditetapkan. Dalam RPP itu, kegiatan pesantren dimulai pada tanggal 15 Agustus hingga 9 September 2010 (20 hari). Jadi, tidak dibenarkan pengadaan kegiatan pesantren ramadhan kurang dari jadwal tersebut. Ia menambahkan, sebagai evaluasi, Pemko telah membuat program penilaian terhadap pelaksanaan pesantren di masing-masing Mesjid/Mushalla. Dalam penialain tersebut, Pemko Padang akan menurunkan tim penilai ke setiap kelurahan.
Keseriusan Pemko Padang dalam menjalankan agenda Pesanten Ramadhan merupakan cerminan dari urgennya kemerosatan moral yang melanda bumi pertiwi.

0 komentar:

Posting Komentar