Ibu, Sosok Cerdaskan Bangsa

Kunci pembanullngunan masa mendatang bagi bangsa indonesia adalah pendidikan, karena dengan pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya dan mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Dalam pesatnya perkembangan dunia pendidikan di era globalisasi ini, dibutuhkan sosok yang dapat membimbing generasi penerus agar mempertahankan karakter bangsa sehingga tidak tertinggal atau terbawa arus kemajuan.
Semesta Mendukung, sebuah film yang mendeskripsikan makna pentingnya arti seorang ibu bagi anaknya. Diceritakan seorang anak miskin dari Madura, yang memiliki semua keterbatasan sarana pendidikan mampu menjuarai olimpiade sains internasional di Singapura karena termotivasi akan kerinduan dan pencariaannya terhadap ibu tercinta yang menjadi TKI di sana.
Seorang anak cenderung patuh dan mencintai ibunya dari pada orang lain. Karena sosok seorang ibu memiliki ikatan emosional yang sangat dekat dengan anak-anaknya. Lingkungan yang selalu menuntut kebersamaan antara ibu dan anak sudah di mulai sejak masa kandungan. Beratnya perjuangan dan besarnya pengorbanan ibu seakan tidak memikirkan rasa letih dan resiko yang mengancam keselamatan nyawanya. Ketika sang anak sakit, ibu adalah orang yang paling cemas dan berusaha memberikan perawatan terbaik demi kesembuhan anaknya. Ketika anak berada dalam bahaya, ibu adalah orang yang pertama maju ke depan dan rela menjadi tameng untuk melindungi anaknya.
Kedekatan emosional dan suri tauladan yang diberikan oleh ibu, dapat menginpirasi dan menggerakkan anak untuk menjadi manusia yang baik atau tidak baik. Ibu adalah guru pertama bagi anak-anaknya dan rumah adalah sekolah yang pertama dalam mengenyam dunia pendidikan. Semua tingkah laku orangtua menjadi pelajaran dasar yang langsung diserap oleh kepekaan anak-anak. Pola asuh dan tingkah laku orangtua, akan membentuk dasar kepribadian yang kokoh sehingga mewarnai tingkah lakunya hingga dewasa.
Pembentukan kepribadian dalam artian proses pencapaian kedewasaaan baik jasmani maupun rohani, sebaiknya di usahakan sejak dini secara konsisten dan berkesinambungan. Terdapat beberapa pola pengasuhan yang umumnya diterapkan orang tua dalam interaksi dan komunikasi dalam membimbing anak. Baumrind, membagi diantaranya yaitu autoritarian, permisif dan autoritatif.
Pola asuh orangtua yang autoritarian adalah orangtua yang menjunjung tinggi kepatuhan dan kenyamanan, mereka cenderung lebih keras dan memaksakan kedisiplinan. Tanya jawab verbal dan penjelasan tidak diterapkan dalam keluarga karena orangtua menganggap anak harus menerima tanpa mempertanyakan otoritas orangtua terhadap peraturan dan standar yang dibuat. Kekurangan pola asuh ini terlihat dari sikap kaku dan banyaknya panisment (hukuman) dalam interaksi. Biasanya pola asuh ini memiliki kontrol yang kuat, sedikit komunikasi, membatasi ruang gerak anak, dan berorientasi pada hukuman fisik maupun verbal agar anak patuh dan taat.
Pola asuh yang kedua yaitu permisif, yang menekankan ekspresi diri anak. Orangtua bersikap menerima, murah hati dan agak pasif dalam kedisiplinan. Bila ada peraturan dalam rumah, maka peraturan tersebut tidak konsisten dan kurang jelas. Pada dasarnya orangtua akan menuruti kehendak anak. Orangtua menganggap pengawasan adalah suatu pelanggaran terhadap kebebasan anak yang mungkin akan mengganggu kesehatan perkembangan anak. Oleh karena itu anak harus diberikan kebebasan penuh serta dihindari penekanan terhadap keinginan dan kemauan anak, dan dibiarkan berkembang dengan apa adanya.
Pola asuh yang terakhir, bergaya autoritatif. Pola asuh yang mendorong anak untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka. Adanya sikap orangtua yang hangat dan bersifat membesarkan hati anak, dan komunikasi dua arah yang bebas membuat anak semakin sadar dan bertanggung jawab secara sosial. Hal ini disebabkan karena orang tua dapat merangkul dan mencarikan alasan untuk solusi di masa depan. Contoh sikap orangtua yang autoritative: ”Kamu tahu bahwa kamu seharusnya tidak melakukan hal itu, tetapi sekarang mari kita diskusikan bersama bagaimana bisa mengatasi situasi tersebut dengan lebih baik di masa depan”.
Dalam pola asuh ini dipandang bahwa kebebasan pribadi untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya baru bisa tercapai dengan sempurna apabila anak mampu mengontrol dan mengendalikan diri serta menyesuaikan diri dengan lingkungan baik keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini anak diberi kebebasan namun dituntut untuk mampu mengatur dan mengendalikan diri serta menyesuaikan diri dan keinginannya dengan tuntutan lingkungan. Oleh karena itu sebelum anak mampu mengatur dan mengendalikan dirinya sendiri, maka dalam dirinya perlu ditumbuhkan perangkat aturan sebagai alat kontrol yang dapat mengatur dan mengendalikan dirinya sesuai dengan aturan yang berlaku di lingkungannya.
Masing-masing orang tua tentu saja memiliki pola asuh tersendiri dan berbeda dalam mengarahkan perilaku anak. Hal ini sangat dipengaruh oleh latar belakang pendidikan orang tua, mata pencaharian hidup, keadaan sosial ekonomi, adat istiadat, dan sebagainya. Dengan kata lain, pola asuh orang tua petani tidak sama dengan pedagang.
Namun, yang terpenting yang harus diperhatikan bagi setiap orang tua yaitu pendidikan bagi anak. Tokoh pendidikan Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Konsep tersebut dikenal dengan tri pusat pendidikan. Pelaksanaan pendidikan anak harus seimbang dan selaras antara pendidikan keluarga, pendidikan formal (sekolah) dan pendidikan masyarakat.
Pada akhirnya, semoga para orangtua, terutama ibu sebagai sosok terdekat kembali menyadari akan besarnya tanggungjawab mereka terhadap masa depan anak-anaknya sebagai penerus bangsa dengan membina, membimbing dan membentuk pola sikap mereka dengan aturan-aturan yang benar. Dengan demikian, mereka akan siap menjadi pendidik dan pencetak generasi mumpuni yang akan membawa anak cucunya kelak menjadi manusia yang mandiri.

0 komentar:

Posting Komentar