MASA ORIENTASI SISWA


Berdandan ala orang gila, papan nama dari kertas karton yang dikalungkan di leher, tas kresek untuk membawa buku dan alat shalat, Kemudian bagi siswa perempuan diharuskan menguncir rambut dengan diikat tali rafia.
Memasuki tahun ajaran baru, sejumlah sekolah menengah atas dan tingkat pertama (SMA/SMP) di Indonesia mulai melaksanakan Masa Orientasi Sekolah (MOS). Kegiatan ini diyakini dapat menjadi ajang untuk meningkatkan disiplin siswa, menambah wawasan sehingga mampu membentuk karakter siswa.
Wakasek Bagian Kesiswaan SMA Negeri 5 Medan, Drs.Haris Simamora,M.Si mengatakan, dari kegiatan rutin tahunan setiap memasuki tahun ajaran baru ini bisa diperoleh umpan baliknya. Sebab dari program MOS itu di antaranya melatih siswa disiplin dan tanggung jawab terhadap berbagai program dalam ajang tersebut. MOS juga merupakan wadah bagi sekolah untuk memperkenalkan semua hal mengenai sekolah yang sudah dipilihnya, mulai dari pengenalan lingkungan, staf pengajar dan jajarannya hingga memperkenalkan senior dan aturan yang sudah ada di lingkungan sekolah tersebut.
MOS juga Bentuk Karakter Siswa. Bagi siswa baru sekolah lanjutan tingkat atas di Sumatera Barat diisi dengan pelatihan yang mengasah kecerdasan emosi dan spiritual yaitu ESQ yang dimasukkan dalam salah satu acara utama. Tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, pelatihan itu diharapkan dapat mengubah sikap siswa. Kegiatan itu membuat siswa lebih banyak lagi mengingat akan kebesaran Allah SWT. Hal itu membuat siswa menyesali dosa-dosa yang telah diperbuat selama ini. Training ESQ merupakan salah satu alternatif untuk mengisi MOS dengan hal positif. Karena itu, Ary Ginanjar Agustian, penggagas ESQ menyarankan agar ESQ dapat menjadi pengganti MOS. Sebagaimana dikatakan oleh Christine Fald, “Masuk sekolah baru berarti memulai hal dan kebiasaan baru. Jika input kurang bagus maka hasilnya di kemudian hari pun menjadi kurang bagus. Namun jika pada awal masuk sekolah sudah diisi dengan hal-hal positif, maka hasilnya pun saat lulus akan positif.”
Selain itu, MOS juga bersifat edukatif, seperti yang dilaksanakan oleh Badan Narkotika (BNK) Kota Kediri yang memanfaatkan agenda Masa Orientasi Siswa (MOS) untuk memberikan penyuluhan pada siswa akan bahaya narkoba. Komisaris Polisi Sudarto Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika (BNK) Kota Kediri mengatakan, penyuluhan bagi siswa baru setingkat SMP maupun SMA sangat diperlukan karena para siswa akan memasuki suasana dan lingkungan baru di sekolah. “Jangan sampai para siswa terpengaruh dengan rayuan atau bujukan yang mengarah kepada penggunaan narkoba,” lanjutnya. Dalam catatan Satreskoba Polresta Kediri terdapat beberapa kasus penggunaan narkoba oleh kalangan pelajar. “Kami menyambut positif permintaan dari sekolah yang menginginkan adanya penyuluhan tentang bahaya narkoba bagi pelajar pada saat Masa Oriantasi Siswa,” kata Sudarto. Menurut Komisaris Polisi Sudarto, para pelajar kini sudah menjadi sasaran peredaran obat terlarang terutama untuk narkoba jenis double L. Mengingat di usia yang relatif masih remaja, mereka mempunyai rasa penasaran dan ingin tahu yang besar.
jadi, MOS bukanlah ajang perpeloncoan atau menimbulkan hal-hal negatif yang melanggar norma sosial maupun norma agama bagi siswa. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) tetap memberlakukan masa orientasi sekolah (MOS) meski sering berjatuhan korban di kalangan siswa. Seperti tahun sebelumnya, Kemendiknas tidak mencabut agenda MOS. Tetapi, Mendiknas M. Nuh mengeluarkan kebijakan baru berupa larangan adanya kekerasan selama MOS. Nuh menuturkan, keberadaan MOS tetap penting untuk meningkatkan disiplin siswa, menambah wawasan sehingga mampu membentuk karakter siswa.
Terkait dengan hal tersebut, Kabid pendidikan menengah (Dikmen) Suwari mengatakan, pihak dinas sudah memberikan surat edaran terkait penyelenggaraan MOS tahun ini. Surat itu diserarkan ke sekolah-sekolah pada 10 Juni lalu. "Semua sekolah sudah kami berikan rambu-rambu untuk menggelar MOS," katanya. Menurut Suwari, MOS itu digelar dengan tujuan untuk mengenalkan lingkungan sekolah pada para siswa-siswi baru. Dalam MOS tersebut, Suwari meminta agar tiap sekolah atau lembaga tidak menyertainya dengan tindakan kontak fisik yang memberatkan. Termasuk perpeloncoan. "Itu semua dilarang keras. Sekarang sudah bukan zamannya lagi mendidik pakai kekerasan," tegasnya. Untuk mengantisipasi aksi kekerasan dalam pelaksanaan MOS kali ini, pihak dinas juga bakal langsung memantau kegiatan MOS bersama dengan pengawas sekolahan. "Kami akan turun langsung ke sekolah-sekolah," ungkap Suwari.
Kalaupun ada kegiatan MOS yang tidak sesuai dengan harapan di atas, hal itu pasti menimbulkan efek negatif bagi siswa baru, karena akan terjadi ketakutan dan tekanan dalam proses belajar. Siswa menjadi takut kepada kakak kelas atau bahkan guru yang ada di sekolah tersebut sehingga mereka menjadi sulit bergaul dan mengemukakan pendapat di kelasnya.

0 komentar:

Posting Komentar